GULAI ITIAK LADO MUDO
Satu lagi kuliner khas yang jangan sampai dilewatkan bila kamu berkunjung ke ranah Minang alias provinsi Sumatera Barat yaitu Gulai Itiak Lado Mudo ( Gulai bebek cabe hijau ). Kuliner satu ini teristimewa di daerah Bukittinggi, Batusangkar dan sekitarnya. Aslinya berasal dari Kotogadang, sebuah daerah sejuk dan indah penuh suasana pedesaan di kaki gunung Singgalang di luar kota Bukittinggi arah ke danau Maninjau. Mungkin karena daerah yg sejuk itulah membuat orang disana gemar memasak agak pedas guna menghangatkan badan.
Gulai ini awalnya adalah masakan yang biasa dihidangkan pada acara2 selamatan, kenduri atau pesta adat di Kotogadang dan sekitarnya.
Gulai ini istimewanya karena kuahnya yang sangat kental berbumbu cabe hijau yang cukup pedas. Saking kentalnya sehingga berpenampilan menggumpal tidak encer seperti opor ataupun kare, karenanya dapat juga dijadikan sambal colekan untuk si itiak (bebek) itu sendiri maupun lauk pauk yang lain bahkan lalapan sayuran rebus. Uniknya kekentalan ini bukan berasal dari santan tapi dari kemiri yg jadi salah satu bumbu masakan ini. Santan tidak digunakan agar itiak (bebek) nya lebih segar, walaupun banyak kreasi baru yang kini menggunakan santan agar lebih lemak gurih. Tentunya si kuah ini berwarna kehijauan karena penggunaan si lado mudo alias cabe hijau tadi.
Aku menikmati gulai khas ini di dua tempat, yaitu di bawah lembah Ngarai Sianok yang pemandangannya indah di Bukittinggi dan di warung makan pinggir sawah yang juga indah sekali di jalan menuju kota Batusangkar dari arah Bukittinggi. Di kedua tempat itu ada beberapa warung makan yang menyediakan menu ini. Namun jangan lewat dari jam makan siang kalau tidak mau kecewa tinggal dapat kuahnya saja, saking larisnya hehe... Apalagi untuk makan malam, warungnya sudah tutup. Onde mande...!!
Ayo lanjut Kelana Kuliner bersamaku....
RESEP
Bahan:
1 ekor bebek, dipotong menjadi empat atau enam
Bumbu:
5 butir bawang merah
5 siung bawang putih (kesuna)
300 g cabai hijau
100 g bawang merah goreng
½ jempol (2 cm)kunyit
1 jempol (2 cm) jahe
1 jempol (2 cm)lengkuas
3 butir kemiri
1 batang serai
1 lembar daun kunyit
3 lembar daun jeruk purut
Garam secukupnya
Cara membuat:
Bebek dibersihkan, kemudian diasap (dipanggang agak jauh dari bara), sampai minyak (lemak)-nya menetes
Semua bumbu dihaluskan – kecuali daun kunyit, daun jeruk purut, dan serai – kemudian ditumis dengan sedikit minyak
Masukkan bebek – termasuk jerohan – ke dalam tumisan bumbu bersama daun kunyit, daun jeruk purut, dan serai, kemudian tambahkan 1 gelas air. (Hanya bila diingini, juga boleh ditambah dengan santan)
Dimasak (diungkep) dengan api sedang sampai daging itik menjadi empuk. Ketika mencapai setengah matang, masukkan bawang merah goreng.
Resep diperoleh dari:
Ibu Nini
RM Ngarai
Jl. Ngarai Binuang 41
Bukittinggi
Telp: 0752 35574
— with Nora Tampubolon.
GULAI ITIAK LADO MUDO
Satu lagi kuliner khas yang jangan sampai dilewatkan bila kamu berkunjung ke ranah Minang alias provinsi Sumatera Barat yaitu Gulai Itiak Lado Mudo ( Gulai bebek cabe hijau ). Kuliner satu ini teristimewa di daerah Bukittinggi, Batusangkar dan sekitarnya. Aslinya berasal dari Kotogadang, sebuah daerah sejuk dan indah penuh suasana pedesaan di kaki gunung Singgalang di luar kota Bukittinggi arah ke danau Maninjau. Mungkin karena daerah yg sejuk itulah membuat orang disana gemar memasak agak pedas guna menghangatkan badan.
Gulai ini awalnya adalah masakan yang biasa dihidangkan pada acara2 selamatan, kenduri atau pesta adat di Kotogadang dan sekitarnya.
Gulai ini istimewanya karena kuahnya yang sangat kental berbumbu cabe hijau yang cukup pedas. Saking kentalnya sehingga berpenampilan menggumpal tidak encer seperti opor ataupun kare, karenanya dapat juga dijadikan sambal colekan untuk si itiak (bebek) itu sendiri maupun lauk pauk yang lain bahkan lalapan sayuran rebus. Uniknya kekentalan ini bukan berasal dari santan tapi dari kemiri yg jadi salah satu bumbu masakan ini. Santan tidak digunakan agar itiak (bebek) nya lebih segar, walaupun banyak kreasi baru yang kini menggunakan santan agar lebih lemak gurih. Tentunya si kuah ini berwarna kehijauan karena penggunaan si lado mudo alias cabe hijau tadi.
Aku menikmati gulai khas ini di dua tempat, yaitu di bawah lembah Ngarai Sianok yang pemandangannya indah di Bukittinggi dan di warung makan pinggir sawah yang juga indah sekali di jalan menuju kota Batusangkar dari arah Bukittinggi. Di kedua tempat itu ada beberapa warung makan yang menyediakan menu ini. Namun jangan lewat dari jam makan siang kalau tidak mau kecewa tinggal dapat kuahnya saja, saking larisnya hehe... Apalagi untuk makan malam, warungnya sudah tutup. Onde mande...!!
Ayo lanjut Kelana Kuliner bersamaku....
RESEP
Bahan:
1 ekor bebek, dipotong menjadi empat atau enam
Bumbu:
5 butir bawang merah
5 siung bawang putih (kesuna)
300 g cabai hijau
100 g bawang merah goreng
½ jempol (2 cm)kunyit
1 jempol (2 cm) jahe
1 jempol (2 cm)lengkuas
3 butir kemiri
1 batang serai
1 lembar daun kunyit
3 lembar daun jeruk purut
Garam secukupnya
Cara membuat:
Bebek dibersihkan, kemudian diasap (dipanggang agak jauh dari bara), sampai minyak (lemak)-nya menetes
Semua bumbu dihaluskan – kecuali daun kunyit, daun jeruk purut, dan serai – kemudian ditumis dengan sedikit minyak
Masukkan bebek – termasuk jerohan – ke dalam tumisan bumbu bersama daun kunyit, daun jeruk purut, dan serai, kemudian tambahkan 1 gelas air. (Hanya bila diingini, juga boleh ditambah dengan santan)
Dimasak (diungkep) dengan api sedang sampai daging itik menjadi empuk. Ketika mencapai setengah matang, masukkan bawang merah goreng.
Resep diperoleh dari:
Ibu Nini
RM Ngarai
Jl. Ngarai Binuang 41
Bukittinggi
Telp: 0752 35574
— with Nora Tampubolon.Satu lagi kuliner khas yang jangan sampai dilewatkan bila kamu berkunjung ke ranah Minang alias provinsi Sumatera Barat yaitu Gulai Itiak Lado Mudo ( Gulai bebek cabe hijau ). Kuliner satu ini teristimewa di daerah Bukittinggi, Batusangkar dan sekitarnya. Aslinya berasal dari Kotogadang, sebuah daerah sejuk dan indah penuh suasana pedesaan di kaki gunung Singgalang di luar kota Bukittinggi arah ke danau Maninjau. Mungkin karena daerah yg sejuk itulah membuat orang disana gemar memasak agak pedas guna menghangatkan badan.
Gulai ini awalnya adalah masakan yang biasa dihidangkan pada acara2 selamatan, kenduri atau pesta adat di Kotogadang dan sekitarnya.
Gulai ini istimewanya karena kuahnya yang sangat kental berbumbu cabe hijau yang cukup pedas. Saking kentalnya sehingga berpenampilan menggumpal tidak encer seperti opor ataupun kare, karenanya dapat juga dijadikan sambal colekan untuk si itiak (bebek) itu sendiri maupun lauk pauk yang lain bahkan lalapan sayuran rebus. Uniknya kekentalan ini bukan berasal dari santan tapi dari kemiri yg jadi salah satu bumbu masakan ini. Santan tidak digunakan agar itiak (bebek) nya lebih segar, walaupun banyak kreasi baru yang kini menggunakan santan agar lebih lemak gurih. Tentunya si kuah ini berwarna kehijauan karena penggunaan si lado mudo alias cabe hijau tadi.
Aku menikmati gulai khas ini di dua tempat, yaitu di bawah lembah Ngarai Sianok yang pemandangannya indah di Bukittinggi dan di warung makan pinggir sawah yang juga indah sekali di jalan menuju kota Batusangkar dari arah Bukittinggi. Di kedua tempat itu ada beberapa warung makan yang menyediakan menu ini. Namun jangan lewat dari jam makan siang kalau tidak mau kecewa tinggal dapat kuahnya saja, saking larisnya hehe... Apalagi untuk makan malam, warungnya sudah tutup. Onde mande...!!
Ayo lanjut Kelana Kuliner bersamaku....
RESEP
Bahan:
1 ekor bebek, dipotong menjadi empat atau enam
Bumbu:
5 butir bawang merah
5 siung bawang putih (kesuna)
300 g cabai hijau
100 g bawang merah goreng
½ jempol (2 cm)kunyit
1 jempol (2 cm) jahe
1 jempol (2 cm)lengkuas
3 butir kemiri
1 batang serai
1 lembar daun kunyit
3 lembar daun jeruk purut
Garam secukupnya
Cara membuat:
Bebek dibersihkan, kemudian diasap (dipanggang agak jauh dari bara), sampai minyak (lemak)-nya menetes
Semua bumbu dihaluskan – kecuali daun kunyit, daun jeruk purut, dan serai – kemudian ditumis dengan sedikit minyak
Masukkan bebek – termasuk jerohan – ke dalam tumisan bumbu bersama daun kunyit, daun jeruk purut, dan serai, kemudian tambahkan 1 gelas air. (Hanya bila diingini, juga boleh ditambah dengan santan)
Dimasak (diungkep) dengan api sedang sampai daging itik menjadi empuk. Ketika mencapai setengah matang, masukkan bawang merah goreng.
Resep diperoleh dari:
Ibu Nini
RM Ngarai
Jl. Ngarai Binuang 41
Bukittinggi
Telp: 0752 35574